Kamis, 19 Agustus 2010

Catatan Merah Putih


Mereview ingatan ke 2 hari yang lewat, Di Daerah ku, Aku adalah salah satu dari peserta upacara pengibaran bendera merah putih dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia Ke 65.
Panas dan terik kami rasakan, dan sejujurnyalah kami akui hal tersebut cukup berat, terlebih pada saat tersebut bagi kami yang beragama Islam bersamaan dengan pelaksanaan ibadah puasa ramadhan.
Seluruh peserta mungkin berangkat dari kondisi yang berbeda bergantung dan sangat dipengaruhi oleh kesiapan dan persiapan sebelumnya (baik dari kondisi fisik, mental dan kesehatan).
Satu persatu dari peserta mulai keluar barisan dan tidak mampu melanjutkan acara yang belum dimulai.  Posko kesehatan di pinggir lapangan mulai kedatangan pasien.  Bahkan anggota Polri pun ada yang harus ditandu keluar lapangan, akan tetapi hanya istirahat sebentar dia diperintahkan oleh atasannya untuk masuk kembali ke barisan.
Yah begitulah bung!!! Anda adalah figure pengaman yang notebenenya memang harus “kuat” dan mesti jadi public figure symbol kekuatan, Bagiku pribadi anda adalah juga “Manusia” yang tentu juga dibatasi oleh pasang surutnya kondisi kesehatan.  Akan tetapi tuntutan tugas mengharuskan Anda untuk selalu siap dalam kondisi apapun.  Dan idealnya memang inilah yang mestinya berlaku bagi “seluruh tumpah darah Indonesia”.
Aku pun berupaya maksimal untuk tetap siap dan berdiri tegak.  Melihat I’tibar yang terjadi di sekelilingku, aku seolah terperangkap dalam suasana lain dimana saat sirene berbunyi (detik-detik proklamasi) kepadaku disodorkan parameter pembanding ; Bagaimana yang di hadapi oleh para pendahulu negeri ini , merebut dan mempertahankan kedaulatan negara, mengangkat senjata, berjuang, bergerilya, keluar masuk hutan, tak tentu makan, minum, istirahat, tidur, dan apakah tidak mungkin pada saat itupun mereka tengah menjalankan kewajiban puasa ramadhan? ….
Aku tersentak karena beberapa detik tersebut serasa menghadirkan dingin luar biasa yang menjalar dari pori-pori hingga ke seluruh pembuluh darah … Untuk sesaat …. terik yang tadinya menggigit kulit … tak tau pergi kemana???
Fenomena local lagi singkat yang barusan menghampiriku tadi sangat membekas …. sejuk itu seolah mengabarkan bahwa “mereka” telah … menunaikan kewajibannya kepada Negara, purna tugas sebagai Syuhada dan Syahid disisiNYA.
Hal ini berlanjut dalam tidur siangku … aku bermimpi tengah berada diantara para orang-orang tua (yang menurut pandanganku layaknya pensiunan ABRI, masih gagah dan tegap) … wajah mereka sangat bersih dan berseri … mereka kusalami … kami sangat akrab…. Lalu
Aku dibangunkan Isteriku untuk Sholat Ashar dan kami sekeluarga juga perlu jalan ke pasar ramadhan untuk nyari panganan berbuka …
Alhamdulillah …. Kiranya inilah Catatan Merah-Putih kado terindah Agustusan tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar